Bandar Lampung, (Humas) 18 Juni 2025 — Moderasi beragama dipandang sebagai senjata paling ampuh dalam mencegah radikalisme dan menjaga harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk. Hal ini ditegaskan oleh Pelaksana Tugas Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung, Erwinto, saat menjadi narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Polda Lampung di Gedung Pertemuan Baitul Jannah, Bandar Lampung, Rabu (18/6/2025).
Mengangkat tema “Moderasi Beragama untuk Menangkal Paham Radikalisme demi Terciptanya Situasi Kondusif”, forum ini diikuti oleh perwakilan kepolisian, dai Kamtibmas, ketua RT, dan ketua lingkungan se-Bandar Lampung. Selain Erwinto, hadir pula narasumber dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung, Ken Setiawan, serta perwakilan Densus 88 Antiteror Polri.
Dalam pemaparannya, Erwinto menyampaikan bahwa moderasi beragama bukan sekadar gagasan teoritis, melainkan harus menjadi gerakan sosial yang mengakar di masyarakat. Ia menilai bahwa kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kemampuannya mengelola keberagaman secara adil dan toleran.
“Jika ruang-ruang kebangsaan tidak diisi dengan narasi damai dan inklusif, maka celah itu akan dimanfaatkan oleh ideologi ekstrem yang mengancam persatuan,” ujarnya.
Erwinto juga menegaskan bahwa penguatan moderasi beragama perlu diwujudkan dalam sikap hidup sehari-hari, bukan hanya dalam diskusi. “Moderasi harus menjadi lensa berpikir, cara bertindak, dan identitas kebangsaan. Kerukunan tidak boleh ditunggu, tapi harus dijaga bersama,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ken Setiawan dari FKPT menggarisbawahi pentingnya literasi keagamaan dan literasi digital sebagai benteng terhadap konten-konten intoleran yang kian masif tersebar di dunia maya. Sementara itu, perwakilan Densus 88 mengingatkan pentingnya membangun sistem deteksi dini yang berbasis pada partisipasi warga dan keberanian melapor bila menemukan indikasi radikalisme.
FGD ini menjadi ruang strategis untuk membangun sinergi antara tokoh agama, aparat keamanan, dan elemen masyarakat dalam menciptakan ekosistem sosial yang tangguh terhadap pengaruh paham radikal. Melalui kolaborasi lintas sektor, upaya pencegahan dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.
(Alifah)
---
Penulis: H. Kas
Editor: Szp