Liburan Sederhana, Bahagia Luar Biasa
Oleh :[H. Kasbolah, M. Pd.]
Di sebuah desa kecil yang asri, tinggallah keluarga Surya. Ayah, Ibu, dan si kecil Dina, seorang anak perempuan berusia enam tahun. Libur akhir pekan kali ini, mereka sepakat untuk berlibur ke pantai terdekat. Tak perlu jauh-jauh, tak perlu mahal. Ayah dan Ibu berkemas dengan semangat. Bekal sederhana berupa nasi, ayam goreng, dan sambal buatan Ibu dimasukkan ke dalam wadah. Dina pun tak sabar, sudah memeluk ember kecilnya untuk bermain pasir.
Pagi itu, mereka menaiki motor tua kesayangan Ayah. Jalanan desa yang teduh dengan hamparan sawah menemani perjalanan. Meski angin berhembus kencang, canda tawa mereka tak pernah surut. Dina sesekali melambaikan tangan ke anak-anak yang mereka lewati. Perjalanan hanya memakan waktu setengah jam hingga akhirnya mereka tiba di pantai. Pasir putih, debur ombak, dan langit biru menyambut mereka dengan ramah.
Di bawah pohon kelapa yang rindang, mereka menggelar tikar kecil. Dina langsung berlari ke tepi pantai, tertawa riang saat ombak kecil menyentuh kakinya. Ayah dan Ibu duduk sambil menikmati bekal. "Lihat, Din! Ini pantai yang Ayah dan Ibu sering kunjungi dulu," ujar Ayah. Dina hanya mengangguk, sibuk membangun istana pasir. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka bertiga meski tanpa fasilitas mewah atau perjalanan jauh.
Saat matahari mulai condong ke barat, keluarga kecil ini menikmati senja bersama. Dina memeluk Ibu erat sambil memandang matahari yang perlahan tenggelam. "Aku senang sekali, Bu. Besok kita ke sini lagi, ya!" pinta Dina. Ibu tersenyum dan mengangguk. Mereka sadar, bahagia bukan tentang tempat yang mahal atau jauh, tetapi tentang kebersamaan dan syukur.
Perjalanan pulang malam itu dihiasi angin sejuk dan lampu-lampu rumah yang mulai menyala. Hati mereka penuh rasa syukur. Liburan sederhana ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari uang, tetapi dari kebersamaan dan rasa syukur atas apa yang dimiliki.