Jember, 17 Juli 2025 – Dalam rangka memperkuat nilai-nilai toleransi, menangkal radikalisme, serta menumbuhkan semangat moderasi beragama di kalangan generasi muda, Madrasah Aliyah (MA) Al Kawtsar Kemuningsari Lor Panti bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Panti menyelenggarakan kegiatan edukatif bertajuk “Cerdas Beragama, Damai dalam Perbedaan”. Kegiatan yang berlangsung di aula madrasah ini diikuti oleh sekitar 40 peserta, yang terdiri dari siswa-siswi MA Al Kawtsar, guru, serta perwakilan tokoh masyarakat. Acara ini menjadi bagian dari upaya bersama dalam memperkuat benteng ideologi pelajar melalui pendekatan keagamaan yang damai dan inklusif.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama yang merupakan praktisi dan penyuluh agama dari KUA Kecamatan Panti. Dalam sesi pertamanya, Tutik Hidayati, S.Ag membahas tentang konsep toleransi dan moderasi beragama dalam Islam. Ia menjelaskan bahwa Islam sejak awal telah mengajarkan hidup damai berdampingan dengan perbedaan. Konsep wasathiyah atau moderasi menjadi bagian penting dalam ajaran Islam. “Sikap moderat adalah ajaran Islam sejati. Rasulullah SAW adalah teladan toleransi yang luar biasa. Kita sebagai umat Islam seharusnya mengikuti jejak beliau dengan membangun perdamaian, bukan konflik,” jelasnya. Tutik juga mengutip beberapa ayat Al-Qur'an yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan penghargaan terhadap perbedaan, seperti QS. Al-Baqarah ayat 143 dan QS. Al-Hujurat ayat 13.
Dalam sesi kedua pemaparan dari Ahmad Sahud, S.Pd mengajak siswa untuk mewaspadai penyebaran paham radikal, terutama yang menyasar kalangan muda melalui media sosial. Ia mengajak peserta untuk mengenali ciri-ciri radikalisme dan intoleransi, seperti sikap merasa paling benar, mudah mengkafirkan, dan menolak keberagaman. “Radikalisme tidak selalu datang dalam bentuk kekerasan. Kadang masuk dalam bentuk dakwah yang eksklusif, menghasut, atau menyebarkan kebencian. Di sinilah peran pelajar untuk bersikap kritis dan tidak mudah terprovokasi,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya literasi digital dan pemahaman agama yang benar sebagai langkah awal dalam menangkal radikalisme.
Sementara pada Materi terakhir dibawakan oleh Ahmad Tedy Hariyanto yang mengajak siswa untuk menjadi agen moderasi beragama di lingkungan masing-masing. Ia menyampaikan bahwa pelajar bisa berkontribusi besar dalam menyebarkan pesan damai melalui pergaulan, media sosial, dan sikap sehari-hari. “Jangan menunggu besar untuk mulai berbuat. Hal-hal sederhana seperti menghargai teman beda agama, tidak menyebar hoaks, dan berdakwah dengan santun adalah bentuk nyata kontribusi kalian dalam menjaga keutuhan bangsa,” katanya. Ia juga menyampaikan pentingnya berdialog antar umat beragama serta membangun jejaring positif di sekolah sebagai langkah kecil yang berdampak besar.
Kepala MA Al Kawtsar, Mahrus, menyampaikan pentingnya pendidikan karakter dan penguatan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin dalam menghadapi tantangan zaman. Ia menekankan bahwa pelajar hari ini tidak hanya dituntut cerdas secara akademis, tetapi juga perlu memiliki fondasi moral dan spiritual yang kokoh. “Kami ingin anak-anak madrasah menjadi pelajar yang cerdas secara intelektual, namun juga toleran, terbuka, dan mampu hidup damai dalam keberagaman. Ini adalah bagian dari misi kami sebagai madrasah yang tidak hanya mencetak lulusan berprestasi, tapi juga berakhlak mulia,” ujar Mahrus. Sementara itu, Ikmal Muntadhor, Kepala KUA Kecamatan Panti, menyampaikan apresiasi terhadap sinergi antara madrasah dan KUA dalam menghadirkan kegiatan semacam ini. Ia menilai bahwa radikalisme dan intoleransi merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi bersama, khususnya di kalangan remaja. “Paham radikal bisa masuk dari mana saja—dunia maya, lingkungan, bahkan dari forum-forum kecil. Maka penting bagi lembaga keagamaan dan pendidikan untuk terus membina, mengarahkan, dan membentengi generasi muda dengan nilai-nilai Islam yang sejuk, adil, dan damai,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, MA Al Kawtsar dan KUA Panti membuktikan bahwa madrasah bukan hanya tempat belajar ilmu formal, tetapi juga ruang penting dalam membentuk karakter generasi bangsa. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini, diharapkan pelajar MA mampu menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah, dalam dinamika sosial keagamaan di masyarakat. “Cerdas Beragama, Damai dalam Perbedaan” bukan hanya sekadar tema, tetapi panggilan moral untuk seluruh pelajar agar menjadi pribadi yang religius, toleran, dan cinta perdamaian.