Labuhan Ratu (Humas) — Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Labuhan Ratu tampil aktif dalam Rapat Evaluasi Pemberangkatan dan Pemulangan Jamaah Haji Kabupaten Lampung Timur Tahun 1447 H/2025 M, yang digelar Selasa, (15/07/2025 di Aula Kankemenag. Tidak sekadar hadir, Kepala KUA Labuhan Ratu membawa langsung suara lapangan dan menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memperkuat kualitas pelayanan haji ke depan.
Rapat ini dipimpin oleh Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Liwon, dan melibatkan unsur Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum H. Suwanto, Kabag Kesra, Forkopimda, TNI-POLRI, Dinas Kesehatan, Satpol PP, ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah, serta seluruh jajaran panitia haji dari Kemenag dan KUA se-Lampung Timur.
Kepala KUA Labuhan Ratu menyoroti bahwa pelayanan haji tak boleh dipandang hanya sebagai kegiatan tahunan, tapi sebagai kerja serius yang menyentuh kebutuhan ibadah dan keselamatan jamaah. Tahun ini, Kecamatan Labuhan Ratu memberangkatkan 53 orang jamaah haji, dan seluruh proses administratif hingga pembinaan dilakukan secara intensif oleh tim KUA.
"Kami di lapangan tahu betul tantangannya. Dari edukasi manasik, dokumen, sampai pemberangkatan. Maka sinergi dengan semua pihak – dari kesehatan, keamanan, hingga transportasi – itu wajib hukumnya,” ujarnya tegas.
"Kami tidak mau sekadar jalankan prosedur. KUA harus hadir sebagai fasilitator sekaligus pengayom jamaah, sejak mereka bimsik sampai pulang dengan selamat,” tambahnya.
Kepala Kankemenag Lampung Timur, H. Indrajaya, dalam sambutannya menyampaikan bahwa setiap musim haji membawa tantangan baru yang harus dijawab dengan peningkatan sistematis. Ia juga menginformasikan bahwa tahun 2026 mendatang penyelenggaan haji Indonesia akan mulai dilaksanakan Badan Penyelenggara Haji (BPH), sebagai entitas baru yang fokus pada tata kelola haji yang profesional dan terstruktur.
Menanggapi hal tersebut, Kepala KUA Labuhan Ratu menyatakan dukungan penuh.
"Kami siap beradaptasi. BPH harus dimaknai sebagai peluang memperbaiki sistem. KUA akan tetap jadi titik sentral karena di sinilah interaksi pertama dengan jamaah terjadi,” ujarnya.
Rapat berlangsung dinamis dengan berbagai catatan lapangan, termasuk soal pemeriksaan kesehatan, pemetaan jamaah lansia, sistem pemulangan, serta pemantapan komunikasi antarinstansi.
Melalui evaluasi ini, KUA Labuhan Ratu menegaskan perannya bukan hanya sebagai pelaksana teknis, tapi juga sebagai representasi kebutuhan riil jamaah di akar rumput. Suara dari lapangan harus menjadi bahan utama dalam membangun sistem pelayanan haji yang lebih manusiawi, tangguh, dan terintegrasi.***(SZP)