Wukuf Arafah 2025: Tarbiyah dari Padang Arofah
Inspirasi

Wukuf Arafah 2025: Tarbiyah dari Padang Arofah

  05 Jun 2025 |   22 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

Wukuf Arafah 2025: Tarbiyah dari Padang Arofah 
Oleh: [Humas PC APRI Lampung Timur] 

Pendahuluan

Hari Kamis, 5 Juni 2025, bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1446 Hijriyah, menjadi momentum yang sangat sakral dalam Islam: wukuf di Arafah. Inilah puncak ibadah haji, saat seluruh jamaah dari berbagai bangsa berkumpul dalam kesederhanaan dan keikhlasan, memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Mereka berdiri, duduk, menangis, berdoa, dan mengakui segala kelemahan diri di sebuah padang terbuka yang tidak memiliki kemewahan dunia. Sebuah ritual agung yang menggambarkan miniatur Padang Mahsyar, saat manusia kelak dikumpulkan di hadapan Allah SWT.

Dinamika Haji 2025: Realita di Balik Spiritualitas

Namun di balik agungnya spiritualitas wukuf, ibadah haji tahun ini menyimpan banyak dinamika dan tantangan yang tak bisa diabaikan. Di antara persoalan yang muncul adalah peliknya manajemen kloter, di mana dalam satu kelompok terbang bisa dilayani oleh empat hingga enam syirkah lokal berbeda, menyebabkan ketidakteraturan dan kebingungan dalam distribusi konsumsi, akomodasi, dan pergerakan jamaah. Selain itu, kita turut menyaksikan adanya kekecewaan besar dari para jamaah haji Furoda yang gagal berangkat akibat kendala visa dan masalah administratif, meskipun telah mengeluarkan biaya besar. Tak sedikit pula jamaah yang mengalami kelelahan fisik dan mental akibat perubahan cuaca ekstrem, keterbatasan fasilitas, serta beban manasik yang berat. Semua ini menjadi ujian keikhlasan dan ketahanan jiwa bagi para tamu Allah di tanah suci.

Namun demikian, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, ibadah haji adalah jihad bagi mereka yang tidak mampu berperang. Dalam hadits sahih disebutkan:

"الحج جهاد كل ضعيف"
"Haji adalah jihadnya setiap orang yang lemah." (HR. Ibnu Majah)

Maka segala bentuk kelelahan, ketidakteraturan, dan cobaan yang mereka alami di tanah haram, sejatinya adalah ladang pahala, penghapus dosa, dan bagian dari tarbiyah ilahiyah.

Arafah: Madrasah Spiritual Umat Islam

Wukuf di Arafah bukanlah ritual kosong. Ia adalah momen perenungan dan transformasi jiwa yang sangat dalam. Dalam hadis Nabi ﷺ disebutkan:

"الحج عرفة"
"Haji itu adalah Arafah." (HR. Tirmidzi)

Maknanya sangat kuat: Arafah adalah inti, ruh, dan jantung dari seluruh rangkaian ibadah haji. Di sinilah setiap hamba belajar menanggalkan identitas duniawinya, menyadari kefakirannya, dan merendahkan hati di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Semua jamaah mengenakan pakaian ihram yang sama, tanpa pembeda antara kaya dan miskin, pejabat dan rakyat jelata. Semua tunduk dalam linangan air mata dan keikhlasan.

Bagi yang berhaji, Arafah menjadi mihrab untuk tafakur dan muhasabah. Di padang inilah mereka dihadapkan pada tanya: sudah sejauh mana hidup ini digunakan untuk mendekat kepada Allah? Sudah seberapa ikhlas amal-amal yang dilakukan? Arafah menjadi ruang hening yang membawa kita menyelami makna "ubudiyyah" sejati. Allah SWT berfirman:

"ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ"
"Kemudian berangkatlah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 199)

Arafah adalah tempat mustajabnya doa, hari pengampunan besar-besaran, sebagaimana sabda Nabi:

"ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبداً من النار من يوم عرفة"
"Tidak ada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba dari neraka selain hari Arafah." (HR. Muslim)

Partisipasi Umat yang Tidak Berhaji: Puasa Arafah dan Doa yang Menyatu

Bagi umat Islam yang tidak berhaji, 9 Dzulhijjah tetap menjadi hari agung. Rasulullah SAW memberikan jalan istimewa melalui puasa Arafah, yang mengandung keutamaan luar biasa. Diriwayatkan dalam hadits sahih:

"صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده"
"Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim)

Puasa ini bukan sekadar amal individual. Ia adalah bentuk solidaritas spiritual antara kita yang tinggal di tanah air dengan para tamu Allah yang sedang wukuf. Saat jamaah memanjatkan doa di Arafah mulai tergelincir matahari hingga terbenam, umat Islam lainnya yang berpuasa juga berada dalam kondisi paling dekat dengan mustajabnya doa: saat menjelang berbuka. Maka, terjadi dialog batin global: antara yang sedang bersimpuh di Padang Arafah dan yang sedang menahan lapar di tanah air. Keduanya menyatu dalam satu frekuensi ibadah.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Latha’if al-Ma‘arif menulis bahwa hari Arafah adalah kesempatan langka untuk menghimpun amal terbaik: doa, dzikir, puasa, dan istighfar, yang semuanya dilakukan serempak oleh kaum Muslimin sedunia. Inilah yang menjadikan hari itu disebut oleh sebagian ulama sebagai hari raya kedua bagi umat Islam, selain Idul Fitri dan Idul Adha.

Penutup: Membangun Kesadaran dan Perubahan

Momen wukuf di Arafah 2025 seharusnya tidak hanya menjadi ritual tahunan, melainkan momentum refleksi mendalam dan perbaikan kolektif umat Islam. Segala persoalan teknis yang terjadi dalam haji tahun ini semestinya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah, penyelenggara haji, dan calon jamaah agar pelaksanaan ibadah rukun Islam kelima ini tidak dikotori oleh kepentingan bisnis dan kelalaian manajerial. Ulama kontemporer seperti Prof. Dr. Ali Jum'ah menyampaikan bahwa "Ibadah haji adalah bentuk tertinggi dari syiar Islam yang melibatkan pengelolaan umat secara global. Maka penyelenggaraannya harus mencerminkan integritas, amanah, dan profesionalitas yang tinggi."

Sementara bagi umat Islam yang tak berhaji, jangan pernah merasa tertinggal. Puasa Arafah dan doa yang tulus dari rumah-rumah kita adalah bagian dari arus spiritual yang sama. Mari kita jadikan hari Arafah sebagai titik balik. Titik untuk kembali kepada Allah, titik untuk membersihkan hati, dan titik untuk menyatukan barisan dalam pengabdian sejati.

Semoga Allah menerima amal para jamaah haji, mengabulkan doa-doa mereka, dan menjadikan kita semua—baik yang hadir di Arafah maupun yang berpuasa dari kejauhan—termasuk hamba-hamba-Nya yang dibebaskan dari api neraka. Āmīn Yā Rabbal ‘Ālamīn.

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
"Dan tiadalah taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku kembali." (QS. Hud: 88)

Share | | | |