Sidikalang, (Humas). Di balik dinding tebal Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sidikalang, harapan dan semangat perbaikan diri terus digelorakan. Pada hari Selasa, (04/11), suasana hening Masjid At-Taubah dipenuhi oleh puluhan Warga Binaan (WB) yang khusyuk mengikuti kegiatan pembinaan mental dan spiritual. Program ini merupakan sinergi antara Kemenag Dairi dan Lapas, menghadirkan para Penyuluh Agama Islam (PAI) yang bertugas membawa pencerahan dan motivasi.
Dalam kunjungan inspiratif kali ini, KUA Sidikalang mendelegasikan dua PAI andalannya, yaitu Karimin Silalahi, S.Ag dan Sawal Dabutar, S.Sos.I, yang berkolaborasi dengan Penyuluh lain dari Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Dairi. Mereka berbagi tugas untuk menyampaikan materi bimbingan mental (Bintal) yang memiliki tema mendalam: "Syarat Berjumpa dengan Allah SWT." Tema ini dipilih untuk menumbuhkan kesadaran spiritual dan mendorong refleksi diri di masa pembinaan.
Karimin Silalahi, membuka sesi dengan bahasa yang lembut namun penuh makna, menjelaskan bahwa bertemu dengan Allah SWT bukanlah sekadar penantian, melainkan sebuah proses panjang pembersihan hati. Ia menekankan bahwa status sebagai Warga Binaan adalah fase ujian dan kesempatan emas untuk bertobat serta mempersiapkan bekal terbaik. "Di tempat ini, kita punya waktu lebih banyak untuk merenung dan memperbaiki hubungan kita dengan Sang Pencipta," pesannya, yang langsung menyentuh hati para WB.
Melengkapi materi, Sawal Dabutar, menggarisbawahi syarat utama beramal agar diterima, yaitu ketulusan (ikhlas) dan kesesuaian dengan syariat. Ia menginspirasi para WB bahwa nilai sebuah perbuatan tidak diukur dari besar atau kecilnya, melainkan dari niat yang murni dan tekad untuk berhijrah. Sawal mendorong mereka untuk menjadikan setiap ibadah dan perbuatan baik di dalam Lapas sebagai modal utama untuk 'berjumpa' dengan-Nya dalam kondisi terbaik.
Masjid At-Taubah Lapas Kelas IIB Sidikalang menjadi saksi bisu atas transformasi spiritual yang diupayakan. Kegiatan Bintal ini adalah bukti nyata bahwa pembinaan di Lapas tidak hanya berfokus pada fisik dan keterampilan, tetapi juga pada penguatan jiwa dan keimanan. Para Warga Binaan tampak antusias, mengajukan pertanyaan, dan menunjukkan keinginan kuat untuk menjadikan masa hukuman sebagai titik balik (hijrah) menuju kehidupan yang lebih baik.
Perwakilan dari Kankemenag Dairi yang turut hadir menyampaikan bahwa program penyuluhan reguler ini merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam memberikan hak pembinaan spiritual bagi setiap warga negara, termasuk yang sedang menjalani hukuman. Harapannya, materi inspiratif ini dapat menjadi bekal akhlak mulia, menanamkan nilai-nilai integritas, dan menjauhkan para WB dari perilaku menyimpang ketika mereka kembali membaur dengan masyarakat.
Berita ini menyoroti sisi humanis dari proses pemasyarakatan. Para Penyuluh Agama Islam, dengan semangat kerelawanan dan keikhlasan, telah menabur benih harapan di hati Warga Binaan. Mereka meyakini bahwa kesalahan masa lalu dapat diubah menjadi pelajaran berharga, dan masa-masa sulit di Lapas adalah kesempatan untuk mempersiapkan diri "bertemu" dengan Allah SWT dengan hati yang bersih, penuh tobat, dan amalan yang tulus.
KUA Sidikalang menegaskan komitmennya untuk terus mendukung program pembinaan kepribadian di Lapas. Kehadiran PAI secara rutin merupakan upaya berkelanjutan untuk menjaga nyala semangat keagamaan dan memfasilitasi kebutuhan spiritual para Warga Binaan, demi menciptakan individu yang bertanggung jawab dan siap berkontribusi positif pasca menjalani masa pidana. (MHS/SD/KS)