KHUTBAH JUM'AT:
Toleransi
untuk Masa Depan Lebih Damai
oleh : (H. Kasbolah, M.Pd)
Khutbah Pertama
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ
بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا
هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله،
اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد، فيا أيها الناس، أوصيكم ونفسي
بتقوى الله عز وجل، فقد قال الله تعالى في كتابه الكريم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
Mukadimah:
Jamaah shalat Jumat yang
dirahmati oleh Allah Ta'ala, mari kita senantiasa memanjatkan rasa syukur
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala nikmat yang telah dikaruniakan
kepada kita. Salah satu nikmat yang sangat berharga adalah nikmat kerukunan,
yang memungkinkan kita hidup dalam suasana damai dan aman, sehingga kita dapat
menjalankan ibadah sebagai tujuan utama keberadaan kita di dunia. Segala nikmat
ini layak kita syukuri dengan ucapan Alhamdulillahi rabbil 'alamin.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepada kita
semua. Amin.
Semoga shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada teladan terbaik kita, Nabi Muhammad ﷺ, yang telah mengajarkan nilai-nilai
penting tentang menjaga kerukunan melalui penguatan toleransi. Banyak pelajaran
berharga dari ucapan dan perbuatan beliau yang menjadi panduan dalam
menciptakan kehidupan yang damai.
Selanjutnya, marilah kita terus
meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Ketakwaan
adalah kunci untuk membangun kehidupan yang penuh kedamaian, persaudaraan, dan
saling menghormati. Terlebih menjelang akhir tahun ini, mari kita renungkan
kembali pentingnya toleransi sebagai fondasi menuju masa depan yang lebih
harmonis, sebagaimana diajarkan dalam Islam sebagai agama yang penuh rahmat
bagi seluruh alam semesta.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati
Allah, kita tidak perlu mencari jauh-jauh untuk belajar tentang toleransi dan
saling menghargai, terutama terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Kita dapat
mengambil pelajaran dari tubuh kita sendiri, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi
Muhammad ﷺ. Misalnya, saat makan, beliau mengunyah
makanan hingga 40 kali untuk melembutkannya agar lambung tidak terbebani. Ini
adalah bentuk toleransi mulut terhadap lambung, dengan sabar mengunyah tanpa
terburu-buru dan tanpa mengikuti hawa nafsu.
Dalam kehidupan sehari-hari,
kita perlu menerapkan sikap saling menghormati dengan menjaga dan memperkuat
toleransi. Hal ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang berbeda pandangan dalam
satu agama, tetapi juga terhadap umat lintas agama yang memiliki keyakinan
berbeda. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk saling menyalahkan
atau merasa diri paling benar.
Sebagaimana ditegaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 139,
قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِى
اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْۚ وَلَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ
اَعْمَالُكُمْۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Apakah kamu (Yahudi dan Nasrani) hendak berdebat dengan kami tentang Allah?
Padahal, Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu
amalan kamu. Hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.”
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,
dalam hal toleransi, Rasulullah ﷺ telah memberikan banyak teladan tentang
bagaimana hidup dengan penuh toleransi. Tidak hanya terhadap sesama Muslim,
beliau juga menunjukkan sikap toleransi kepada kaum Yahudi. Rasulullah bahkan
melarang para sahabat untuk memerangi atau menyakiti mereka. Sebagai bukti,
beliau pernah menggadaikan baju perangnya kepada Abu Syahm, seorang Yahudi. Hal
ini menunjukkan betapa luasnya hubungan dan pergaulan Rasulullah ﷺ. Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas, ia berkata, ‘Rasulullah saw ditanya, 'Agama mana yang paling dicintai
oleh Allah ‘Azza wa Jalla?' Beliau menjawab, 'Agama yang lurus dan
toleran.'" (HR Al-Bukhari)
Hadis ini mengingatkan kita
bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan toleransi, mengajarkan umatnya
untuk menghargai keyakinan orang lain. Sikap toleran terhadap perbedaan prinsip
dan akidah dapat menciptakan suasana harmoni dan kedamaian, yang pada akhirnya
mewujudkan kehidupan yang tenteram. Terlebih lagi, di momen akhir tahun pada
bulan Desember, ketika menyambut tahun baru, kita dapat melatih dan memperkuat
toleransi dengan menghormati umat agama lain yang sedang merayakan hari besar
mereka.
dan dalam ayat yang lain Allah berfirman yang artinya: “Allah
tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung
halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS
Al-Mumtahanah: 8).
Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya Tafsir Mafatihul Ghaib
menjelaskan bahwa ayat ini menjadi landasan untuk berbuat baik kepada pemeluk
agama lain. Contoh dari kebaikan tersebut adalah memperlakukan mereka dengan
adil, menjaga hubungan yang baik, tidak mengganggu keberadaan mereka, serta
membantu dalam hal-hal kebaikan.
Menjalin hubungan harmonis
dengan mengutamakan toleransi merupakan esensi ajaran Islam. Sikap ini dapat
menciptakan kerukunan yang menjadi fondasi penting untuk membangun kemaslahatan
bersama.
Jamaah shalat Jumat yang
dirahmati Allah. Sebagai penutup khutbah ini, mari kita manfaatkan momen akhir
tahun ini untuk memperkuat sikap toleransi yang akan melahirkan kerukunan dan
menjadi bekal penting dalam menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun
mendatang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan keberkahan
kepada kita semua dalam menghadapi perbedaan yang merupakan sunnatullah,
ketetapan Allah. Amin.
Khutbah Kedua:
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا
لنهتدي لولا أن هدانا الله. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن
محمدًا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد:
فيا أيها المؤمنون، أوصيكم ونفسي بتقوى
الله عز وجل، فقد قال الله سبحانه وتعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ.
إخوة الإيمان، ونحن نستعد للاحتفال
بيوم الطالب الوطني، دعونا نتذكر أهمية خصائص الطالب الصالح في خدمتنا للمجتمع.
الخدمة الصادقة والإخلاص لله هما أساس كل عمل ناجح ومبارك. يجب أن نكون متواضعين
ومنضبطين في جميع أمورنا، مقتدين بأخلاق النبي صلى الله عليه وسلم الذي قال:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رواه أحمد).
نسأل الله سبحانه وتعالى أن يوفقنا
جميعا إلى ما يحب ويرضى، وأن يجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه. اللهم
اجعلنا من عبادك المخلصين، وارزقنا خدمة عبادك بصدق وإخلاص.
اللهم اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في
أمرنا، وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين. اللهم اجعل هذا البلد آمناً
مطمئناً وسائر بلاد المسلمين.
عباد
الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (النحل: 90). فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على
نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.
https://drive.google.com/file/d/1OpZ13SjJbwXc0mSTFr4-CNczw6BxNYFR/view?usp=sharing