Renungan
Jumat: Ketenteraman Sejati Hanya ada di Surga
Oleh : (Dr. KH. M. Thohari, M.Pd. ,H. Kasbolah, M.Pd.)
Saudaraku,
kehidupan dunia ini penuh dengan cobaan dan kesibukan. Setiap hari kita
terlibat dalam berbagai tugas, baik sebagai individu, keluarga, maupun anggota
masyarakat. Kadang kita merasa lelah dan menginginkan ketenteraman untuk
beristirahat. Namun, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, kapan kita
benar-benar merasakan ketenteraman yang sejati?
Imam
Ahmad rahimahullah, seorang ulama besar, pernah ditanya oleh seorang lelaki,
"Kapan seorang hamba akan merasakan tenteramnya beristirahat?" Imam
Ahmad menjawab, "Ketika dia pertama kali menginjakkan kakinya di
surga." (Thobaqat al-Hanabilah 1/291). Jawaban ini menggambarkan bahwa
ketenteraman sejati hanya dapat ditemukan setelah kehidupan dunia ini berakhir,
di dalam surga yang dijanjikan oleh Allah.
Bagi
seorang Muslim, ketenteraman bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan sepenuhnya
di dunia ini. Banyak orang berusaha mencari ketenangan melalui harta, jabatan,
atau kenikmatan duniawi lainnya. Namun, sejatinya ketenteraman itu hanya ada di
surga. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surah At-Tawbah ayat 72,
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ٧٢ جَزَاؤُهُمْ عِندَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا رَّضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ
رَبَّهُ
"Allah
menjanjikan bagi orang-orang beriman dan beramal shaleh, untuk mereka ampunan
dan rahmat, serta surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya."
(QS. At-Tawbah: 72)
Di sisi
lain, kita sering melihat orang-orang yang merasa cukup dengan segala yang ada
di dunia ini. Mereka menganggap bahwa kekayaan, kedudukan, atau kesuksesan
materi adalah bentuk ketenteraman. Namun, ketenangan tersebut sering kali
bersifat sementara dan tidak memuaskan jiwa yang terdalam. Misalnya, seorang
pengusaha sukses yang memiliki segala sesuatu yang diinginkan, namun tetap
merasa cemas dan gelisah. Ini menunjukkan bahwa ketenteraman duniawi tidaklah
sejati dan selalu terbatas.
Tentunya,
kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab kita untuk berusaha dan berjuang di
dunia ini. Islam mengajarkan kita untuk bekerja keras, beribadah dengan ikhlas,
dan menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat. Mencari nafkah dan
menikmati hidup dengan cara yang halal adalah bagian dari usaha kita untuk
meraih ketenteraman. Namun, kita harus selalu ingat bahwa ketenteraman sejati
hanya dapat ditemukan di surga yang Allah janjikan untuk orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk
mendapatkan keduanya: kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Referensi:
- Al-Qur'an
surah At-Tawbah, ayat 72.
- Thobaqat
al-Hanabilah 1/291.
- Al-Ghazali,
I. (2004). Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah.