Jabung,
[Kamis, 19 Juni 2025] – Setelah ijab kabul yang khidmat
diselesaikan di hadapan penghulu Khoirul Anam menyampaikan sebuah nasehat
pernikahan, sepasang pengantin baru Ahamd dan Deni kini memulai babak baru
dalam hidup mereka. Di tengah hiruk pikuk tren dan angka-angka, sebuah refleksi
mendalam tentang makna pernikahan sejati hadir, Khoirul Anam menyampaikan
sebuah nasehat pernikahan yang terinspirasi dari filosofi Jawa tentang
"modal 5 miliar" yang bukan merujuk pada kekayaan materi, melainkan
lima pilar kearifan: Melumah, Murep, Modot, Mlebu, dan Metu.
Lima
pilar ini menawarkan panduan berharga bagi setiap pasangan yang mengarungi
bahtera rumah tangga, melampaui sekadar janji suci:
1. Melumah: Keterbukaan dan Kejujuran
Pilar
pertama, Melumah, mengajarkan pentingnya keterbukaan dan kejujuran
dalam setiap aspek hubungan. Seperti posisi terlentang yang tanpa ditutupi,
pasangan diajak untuk saling membuka hati, berbagi pikiran, perasaan, dan
impian tanpa ragu. Ini adalah fondasi utama untuk membangun kepercayaan yang
kokoh dan hubungan yang transparan.
2. Murep: Penerimaan dan Keikhlasan
Murep, yang berarti tengkurap atau merunduk, melambangkan penerimaan
dan keikhlasan. Dalam perjalanan pernikahan, akan ada perbedaan dan
tantangan. Filosofi ini menekankan pentingnya menerima kekurangan pasangan,
memaafkan kesalahan, dan merangkul setiap perbedaan dengan lapang dada.
Ketenangan dalam menerima menjadi kunci keharmonisan.
3. Modot: Fleksibilitas dan Adaptasi
Selanjutnya,
Modot berarti meregang atau melar, mencerminkan fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi. Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang dinamis,
membutuhkan kesediaan untuk beradaptasi dengan perubahan peran, tanggung jawab,
dan prioritas hidup. Kemampuan untuk "modot" memastikan pasangan
dapat tumbuh bersama dan menghadapi setiap fase kehidupan dengan tangguh.
4. Mlebu: Pemahaman Mendalam
Mlebu, atau masuk, mendorong pasangan untuk memasuki dan
memahami dunia satu sama lain secara mendalam. Ini melibatkan upaya aktif
untuk mendengarkan, belajar tentang minat pasangan, dan memberikan dukungan
penuh terhadap impian masing-masing. Dengan "mlebu," hubungan
emosional menjadi semakin kuat dan mendalam.
5. Metu: Berbagi Kebaikan
Pilar
terakhir, Metu, yang berarti keluar, mengajak pasangan untuk berbagi
kebaikan dan kebahagiaan dengan dunia luar. Setelah membangun kekuatan dan
harmoni di dalam rumah tangga, pasangan diharapkan menjadi inspirasi,
menebarkan cinta dan positif kepada masyarakat. Ini menjadikan pernikahan tidak
hanya tentang dua individu, tetapi juga tentang kontribusi positif bagi
lingkungan sekitar.
Filosofi
"modal 5 miliar" ini mengingatkan bahwa kekayaan sejati dalam
pernikahan bukan terletak pada materi, melainkan pada nilai-nilai luhur dan
kearifan yang dipegang teguh. Dengan mengamalkan Melumah, Murep, Modot,
Mlebu, dan Metu, setiap pasangan memiliki modal tak ternilai untuk membangun
mahligai rumah tangga yang kokoh, harmonis, dan penuh berkah. MKA