KUA Anggrek Bongkar Tabir Pernikahan: Sudah Siapkah Anda Jadi Pasangan Seumur Hidup
News

KUA Anggrek Bongkar Tabir Pernikahan: Sudah Siapkah Anda Jadi Pasangan Seumur Hidup

  30 Jul 2025 |   36 |   Penulis : Humas Cabang APRI Gorontalo Utara|   Publisher : Biro Humas APRI Gorontalo

ANGGREK – Jangan anggap enteng pernikahan. Kalau Anda pikir cukup dengan mas kawin dan ijab kabul yang lancar, Anda belum paham dunia sebenarnya. Rabu pagi, 29 Juli 2025, Balai Nikah dan Manasik Haji KUA Anggrek disulap jadi ruang bedah rumah tangga. Dan yang ‘mengoperasi’-nya bukan sembarang orang. 

Masni Ahama UI, S.Sos.IKepala KUA Anggrek yang dikenal tegas tapi membumi  membuka sesi bimbingan perkawinan mandiri dengan kalimat yang membuat ruangan langsung hening:

Menikah itu ibadah. Tapi kalau salah urus, bisa berubah jadi bencana berkepanjangan.”

Tidak ada basa-basi. Bersama penghulu senior Mohammad Suandi Dianelo, S.HI., Masni membongkar lapisan-lapisan yang selama ini sering ditutup-tutupi calon pengantinmulai dari urusan ekonomikomunikasihingga peran suami-istri yang sering disalah pahami karena budayabukan agama. “Banyak orang datang ke KUA bawa surat lengkaptapi bawa bekal mental nol,” kata Suandi, disambut tawa kecil para peserta. “Makanya sekarangsebelum kami nikahkan, kami cekdulusudah siap belum jadi pasangan seumur hidup?” Bimbingan MandiriBukan Sekadar Formalitas Berbeda dengan pelatihan pranikah ala-ala yang kadang formalitas belakabimbingan kali ini terasa hidup. Ada diskusi. Ada testimoni dari pasangan muda yang nyaris gagal tapiselamat karena komunikasiBahkan ada sesi tanya jawabyang nyaris jadi debatTerutama soal peran suami di dapur dan urusan pengambilan keputusanMasni juga menyinggung soal tren perceraian yang mulai merayap masuk ke desa-desa. “Duluperceraian hanya kita dengar di kotaSekarangpasangan muda di kampung juga banyak yang ceraiKenapa? Karena mereka lebih banyak tahu cara posting foto prewed daripada cara menyelesaikan konflik.

lapisan-lapisan yang selama ini sering ditutup-tutupi calon pengantinmulai dari urusan ekonomikomunikasihingga peran suami-istri yang sering disalah pahami karena budayabukan agama.

“Banyak orang datang ke KUA bawa surat lengkaptapi bawa bekal mental nol,” kata Suandi, disambut tawa kecil para peserta. “Makanya sekarangsebelum kami nikahkan, kami cek dulusudah siap belum jadi pasangan seumur hidup?”

Bimbingan MandiriBukan Sekadar Formalitas

Berbeda dengan pelatihan pranikah ala-ala yang kadang formalitas belakabimbingan kali ini terasa hidup. Ada diskusi. Ada testimoni dari pasangan muda yang nyarisgagal tapi selamat karena komunikasiBahkan ada sesi  tanya jawab yang nyaris jadi debatTerutama soal peran suami di dapur dan urusan pengambilan keputusan.

Masni juga menyinggung soal tren perceraian yang mulai merayap masuk ke desa-desa. “Duluperceraian hanya kita dengar di kotaSekarangpasangan muda di kampung juga banyak yang ceraiKenapa? Karena mereka lebih banyak tahu cara posting foto prewed daripada cara menyelesaikan konflik.

“Banyak orang datang ke KUA bawa surat lengkaptapibawa bekal mental nol,” kata Suandi, disambut tawa kecilpara peserta. “Makanya sekarangsebelum kami nikahkan, kami cek dulusudah siap belum jadi pasangan seumur hidup?”

Bimbingan MandiriBukan Sekadar Formalitas

Berbeda dengan pelatihan pranikah ala-ala yang kadang formalitas belakabimbingan kali ini terasa hidup. Ada diskusi. Ada testimoni dari pasangan muda yang nyaris gagal tapi selamat karena komunikasiBahkan ada sesi tanya jawab yang nyaris jadi debatTerutama soal peran suami di dapur dan urusan pengambilan keputusan.

Masni juga menyinggung soal tren perceraian yang mulai merayap masuk ke desa-desa. “Duluperceraian hanya kitadengar di kotaSekarangpasangan muda di kampung juga banyak yang ceraiKenapa? Karena mereka lebih banyak tahu cara posting foto prewed daripada cara menyelesaikan konflik.”

KUA Anggrek: Kecil Tapi Bikin Mikir

KUA  Anggrek mungkin keciltapi hari itu ia jadi pusat perenungan besar. Para calon pengantin yang datangsebagian masih malu-malusebagian sudah percaya diri  pulang dengan wajah berbeda. Ada yang termenung. Ada yang tersenyum legaMungkin karena sadarcinta sajatidak cukup

Bimbingan perkawinan mandiri ini bukan pertama kali dilakukan. Tapi format dan ketegasan narasumber membuatnya berbeda. Tak ada ruang untuk basa-basiSemua yang hadir harus berpikir dua kali: “Sudah siapkah saya menikahbukan hanya secara administratiftapi secara mental dan spiritual?”

Karena pernikahan bukan tujuan akhir. Tapi awal dari segalanya.

 


Share | | | |