H. Pujianto, S.Ag
Opini

H. Pujianto, S.Ag "Hikmah dan Tujuan Ibadah Haji”

  17 Jun 2025 |   17 |   Penulis : Biro Humas APRI Riau|   Publisher : Biro Humas APRI Riau

Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk memperingati serangkaian kegiatan yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebagai penggegas syariat Islam. Kisah Nabi Ibrahim sehubungan dengan ini dikatakan dalam al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 37, Allah Swt. berfirman:

رَبَّنَاۤ اِنِّيْۤ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوْا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْۤ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim [14]: 37).…
Keinginan Nabi Ibrahim itu ditanggapi Allah dengan menyuruh orang-orang untuk menziarahi tempat Nabi Ibrahim tersebut dengan firman-Nya dalam al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 27:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ 

Artinya: “Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj [22]: 27)

Tujuan haji adalah agar setiap umat Islam mengerjakan ibadah sesuai dengan keyakinannya. Beberapa ayat al-Qur’an telah menjelaskan tentang ibadah haji:

Pertama
Haji sebagai puncak ekspresi ketakwaan. Rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram kemudian thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, melempar jumrah, sampai menyembelih hewan kurban adalah ekspresi ketakwaan hamba-Nya.
Ukuran-ukuran fisik menjadi simbol yang bisa sirna jika tidak berakar pada ketakwaan. Semua jerih payah juga akan buyar begitu saja jika tidak melahirkan ketakwaan kepada Allah. Karena itu Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُـوْمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰـكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَـكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj [22]: 37).

Kedua
Totalitas penyembahan paripurna. Ibadah haji merupakan ibadah yang menuntut adanya kesiapan organisasi dan manajemen diri. Penziarah tidak bisa meninggalkan satu bagian ibadah haji karena dapat membatalkan hajinya. Para jamaah haji dituntun untuk berkosentrasi penuh baik secara fisik maupun mental, baik secara keuangan maupun kemampuan di lapangan.

Ketiga
perjalanan penuh zikir dan syukur. Islam telah membuat beberapa aturan guna menguatkan rasa persatuan sesama umat. Dalam hal ini haji telah mampu menyatukan umat dari berbagai pelosok dengan tidak memandang bangsa dan warna kulit.
Mereka hendaklah berpakaian sama, berkumpul dalam satu tempat, yaitu di padang Arafah dan Mina, dengan tidak membedakan kaya dan miskin, mulia dan hina, raja dan hamba. Dalam pertemuan yang amat besar itu dapatlah mereka berkenalan satu sama lain, dan bertambah teguhlah persatuan dan perasaan saling mempercayai.

Keempat
Menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah. Pada saat melaksanakan ibadah haji, akan dialami banyak keajaiban sebesar keikhlasan hati penziarah dalam beribadah. Oleh karena itu, Allah akan memperlihatkan keagungan dan tanda-tanda kemenangan padan…

Share | | | |