Simfoni Pagi di Bawah Langit Gerimis
Oleh : [H. Kasbolah, M. Pd]
Mentari pagi, malu-malu mengintip
di balik selimut awan kelabu yang pekat,
bumi terbasuh semalam penuh,
oleh rintik-rintik yang bernyanyi lembut.
Seperti syair alam yang ditulis Tuhan,
di hamparan basah yang harum oleh tanah,
di setiap tetesnya, ada rahasia
yang tertuang dari langit, menyuburkan jiwa.
Embun berguguran di ujung dedaunan,
bersua dengan tanah yang menyimpan kenangan,
setiap tetesnya adalah hikmah
yang mendewasakan, perlahan namun pasti.
Oh, pagi yang berselimut gerimis
adalah kelas terbuka bagi alam
mengajarkan makna ketekunan,
ketika langit dan bumi berbicara dalam diam.
Angin bertiup lembut membelai pepohonan,
membawa aroma kopi yang mengepul di beranda,
para petani menyambut hari dengan senyum,
sebab hujan adalah berkah, bukan sekadar rintik basah.
Di kampus kehidupan ini,
aku duduk di bangku hujan,
mempelajari pesan-pesan tak terlihat,
tentang sabar, tentang pasrah,
tentang percaya bahwa badai akan reda
dan pelangi selalu menanti di ujung langit sana.
Maka, biarlah hujan ini menjadi saksi
bagi mereka yang setia menunggu,
bahwa pagi yang berkabut ini,
adalah kisah baru yang hendak terlukis
di kanvas hari yang baru lahir.