Kepulauan Sula. Kepala Kantor urusan Agama (KUA) Mangoli Utara Bapak Rauf Likuwatan, S.HI mengisi Jadwal Khutbah Jumat di Masjid Al-Hidayah KM 7 Falabisahaya pada Jumat 27 Desember 2024. Selain Kepala KUA, khutbah jumat akhir desember ini juga diisi oleh dua orang staf KUA sesuai jadwalnya masing-masing. Ustd. Taslim Lahansang mengisi khutbah di Masjid Besar Al-Muhajirin Falabisahaya sementara Ustd. Risman Mengisi Khutbah di Masjid Al-Jaariyah Rawa Mangole. Tema khutbah akhir tahun ini adalah "Pentingnya Muhasabah atau Koreksi atau Evaluasi Diri" dengan semangatnya agar terjadi perubahan di tahun 2025 mendatang. Konsep ini telah diedarkan dan akan dibawakan oleh semua khatib masjid.
Dalam khutbahnya, para khatib memberikan pandangan kepada jamaah bahwa kehidupan bahwa kehidupan kita di dunia
ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan dinamika dan
tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun dan
mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa lalu
sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang
sebagai harapan. Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar
dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu
kita berada pada jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Berbekallah karena sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang
mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)
Oleh karena itu, Kepala KUA dalam khutbahnya juga mengajak jamaah agar dalam menapaki sebuah
perjalanan panjang, haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk
mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu
juga dalam kehidupan di dunia, harus menyediakan waktu untuk
melakukan introspeksi, evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam
bahwa Arab disebut dengan muhasabah. Pentingnya muhasabah ini, Sayyidina Umar
bin Khattab pernah bertutur:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ
قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا
يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى
الدُّنْيَا
“Hisablah diri (introspeksi)
kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi
penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan
menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di
dunia.”
Dalam sebuah hadits riwayat Imam
Tirmidzi, Rasulullah bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ
نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang cerdas (sukses)
adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”
Dari perintah Allah dan Rasul
serta nasihat dari para sahabat, para khatib menegaskan kepada jamaah bahwa setidaknya ada 5 manfaat yang bisa
kita rasakan dari upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui
introspeksi diri ini.
Pertama, sebagai wahana
mengoreksi diri, dimana kita akan mampu melihat kembali
perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari
perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau
mudarat, atau apakah semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah swt. Kita
harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus dipertanggungjawabkan
di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا
كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut
mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki
mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (Q.S. Yasin: 65)
Kedua, upaya memperbaiki diri, dimana kita akan mampu melihat kelebihan dan kekurangan diri
yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki
diri, maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan
senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.
Ketiga, momentum mawas diri, dimana pengalaman kita yang pernah melewati jalan yang penuh
lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi.
Mawas diri akan mampu menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam
sepanjang jalan. Allah berfirman:
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ
وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْاۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا
اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
“Taatlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka
ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah)
dengan jelas.”
Keempat, memperkuat komitmen
diri, dimana setiap kita sudah pasti memiliki kesalahan. Oleh karenanya, introspeksi diri
menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi
kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang
yang sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari
yang akan datang. Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ
خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ
فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Siapa saja yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja
yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi.
Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang
dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).
Kelima, sebagai sarana
meningkatkan rasa syukur dan tahu diri, dimana kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa
keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari
nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, introspeksi diri
akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu. Jangan
sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada
nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Untuk itulah Kepala KUA dan para khatib lainnya mengajak jamaah agar senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih di penghujung tahun 2024 dan akan memasuki tahun baru 2025 dimana menjadi moment untuk melakukan introspeksi diri. "Semoga kita senantiasa
mendapatkan petunjuk yang terbaik dari Allah dan mampu melihat perjalanan tahun
lalu untuk menjalani tahun yang akan datang dengan lebih baik. Amiin ya rabbal alamin", tutup Kepala KUA dalam khutbahnya.