Kenapa orang baik/saleh harus kaya?
Oleh : (H. Kasbolah, M.Pd.)
Harta terbaik adalah harta yang berada di
tangan orang yang baik, karena hanya dengan orang yang tepat, harta itu dapat
memberikan manfaat yang sesungguhnya. Bayangkan jika kekayaan melimpah berada
di tangan seorang dermawan yang memahami betul tanggung jawab sosialnya. Ia
akan menggunakannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, mendirikan
rumah sakit gratis, atau memberikan beasiswa kepada anak-anak yatim.
Sebaliknya, harta yang berada di tangan orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri
seringkali menjadi sumber kesenjangan sosial, kemiskinan, atau bahkan konflik.
Namun, tidak sedikit pula contoh di mana seseorang yang awalnya dikenal baik
berubah setelah mendapat kekayaan. Seorang tokoh masyarakat yang dahulu dikenal
sederhana, misalnya, bisa saja tiba-tiba menjadi arogan, lupa daratan, atau
memamerkan hartanya secara berlebihan hingga menciptakan jurang antara dirinya
dan lingkungan sekitar.
Sebagaimana pepatah bijak mengatakan ;
“رب منحة محنة و
رب محنة منحة”
anugerah bisa menjadi ujian, dan ujian bisa
menjadi anugerah. Ini menunjukkan bahwa tidak semua yang tampak sebagai berkat
adalah berkah sejati, dan tidak semua yang tampak sulit adalah bencana.
Misalnya, seseorang yang mendadak kaya raya karena menang lotere mungkin
awalnya merasa hidupnya berubah lebih baik, tetapi beberapa tahun kemudian ia
kehilangan semua harta itu karena tidak mampu mengelolanya dengan bijak.
Sebaliknya, seorang pedagang kecil yang bangkrut mungkin memandang peristiwa
itu sebagai musibah, tetapi di balik keterpurukannya, ia belajar inovasi baru
dan akhirnya bangkit dengan usaha yang lebih besar dan lebih sukses. Kehidupan
ini penuh teka-teki, dan seringkali apa yang terasa pahit seperti gagal dalam
karir atau ditinggalkan teman, sebenarnya adalah cara Tuhan mengarahkan kita
pada jalan yang lebih baik.
Tidak semua yang manis itu baik, dan tidak
semua yang pahit itu buruk. Seperti obat yang terasa pahit di lidah namun
menyembuhkan penyakit, atau kopi hitam tanpa gula yang justru memberikan
manfaat kesehatan, begitu pula kehidupan ini. Misalnya, kesenangan yang
diperoleh dengan cara instan, seperti memenangkan judi atau melakukan korupsi,
mungkin terasa manis di awal, tetapi membawa kehancuran di kemudian hari. Sebaliknya,
perjuangan panjang seperti menabung sedikit demi sedikit untuk menyekolahkan
anak ke jenjang lebih tinggi mungkin terasa berat, tetapi hasilnya jauh lebih
bermakna. Contoh lainnya adalah seorang petani yang harus bekerja keras di
bawah terik matahari dan hujan. Walaupun lelah, jerih payahnya menghasilkan
panen yang memberi makan banyak orang. Kehidupan seringkali mengajarkan bahwa
apa yang benar-benar berharga membutuhkan perjuangan dan kesabaran.
Oleh karena itu, mari kita terus berjuang
untuk tetap menjadi pribadi yang baik, apa pun keadaan yang menghampiri. Entah
dalam suka maupun duka, dalam tangis atau tawa, di puncak keberhasilan maupun
di titik terendah kehidupan, semoga kebaikan senantiasa menjadi pegangan kita.
Dalam masyarakat, kita sering melihat orang yang tetap konsisten berbuat baik
meskipun hidupnya tidak selalu mudah. Seorang guru honorer, misalnya, yang
tetap setia mendidik anak-anak meskipun gajinya kecil, adalah contoh nyata
bagaimana kebaikan bisa bertahan di tengah keterbatasan. Atau seorang anak muda
yang merawat orang tuanya yang sakit-sakitan dengan penuh kasih sayang,
meskipun ia harus mengorbankan sebagian impian masa mudanya. Hidup akan terus
berubah, tetapi nilai-nilai kebaikan tidak boleh goyah. Sebab pada akhirnya,
kebaikan itu sendiri yang akan menjadi cermin dari keberhasilan sejati
seseorang. (Kitab Ihya Ulumuddin, Vol. 3. )