Jejak Kaki di Surga: Menemukan Kedamaian
di Antara Sawah dan
Gunung
Oleh : (H. Kasbolah, M.Pd.)
Pernahkah
Anda membayangkan betapa damai rasanya berjalan di tengah sawah yang luas,
dengan latar belakang pegunungan yang menjulang tinggi? Pemandangan seperti ini
begitu sering kita jumpai dalam lukisan atau film, menggambarkan suatu tempat
yang penuh kedamaian dan ketenangan. Namun, keindahan alam seperti ini bukan
hanya sekadar imajinasi, melainkan sebuah kenyataan yang dapat kita nikmati
langsung.
Bayangkanlah,
langkah kaki Anda menjejak lembut di atas hamparan sawah yang hijau menguning.
Setiap hembusan angin membawa aroma tanah yang basah dan segar, bercampur
dengan bau padi yang harum. Suara burung berkicau merdu mengalun merdu di
telinga, seolah menyambut kedatangan Anda. Di kejauhan, pegunungan menjulang
tinggi, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan waktu.
Warna
hijau yang mendominasi pemandangan ini memberikan efek menenangkan pada mata
dan pikiran. Hijau adalah warna alam yang paling banyak ditemukan di bumi, dan
warna ini dikaitkan dengan keseimbangan, ketenangan, dan pertumbuhan. Ketika kita
memandang hamparan sawah yang hijau, secara tidak sadar kita akan merasa lebih
rileks dan tenang.
Selain
warna, suara alam juga memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang
damai. Gemricik air sungai yang mengalir, desiran angin yang menerpa dedaunan,
dan kicau burung yang merdu menciptakan harmoni alam yang menenangkan jiwa.
Suara-suara ini seolah mengajak kita untuk melupakan sejenak hiruk pikuk
kehidupan sehari-hari dan fokus pada keindahan alam di sekitar kita.

Tidak
hanya itu, aroma alam juga memberikan sensasi yang unik. Aroma tanah yang basah
setelah hujan, bau padi yang menguning, dan aroma bunga-bungaan yang semerbak
menciptakan pengalaman yang multisensorial. Aromaterapi telah membuktikan bahwa
aroma tertentu dapat memberikan efek positif pada suasana hati dan pikiran.
Keindahan
alam yang kita nikmati ini bukan hanya sekedar pemandangan yang indah, tetapi
juga mengandung makna yang lebih dalam. Banyak agama mengajarkan bahwa alam
adalah ciptaan Tuhan yang sempurna dan merupakan tempat untuk mendekatkan diri
kepada-Nya. Di tengah alam, kita dapat merasakan kehadiran Tuhan yang Maha
Besar dan merenungkan keagungan ciptaan-Nya.

Selain
itu, berada di tengah alam juga dapat membantu kita untuk melakukan refleksi
diri. Jauh dari hiruk pikuk kota, kita dapat merenungkan kembali tujuan hidup,
melepaskan segala beban pikiran, dan menemukan kedamaian batin. Alam memberikan
kita ruang untuk berpikir jernih dan menemukan solusi atas masalah yang kita
hadapi.
Namun,
keindahan alam yang kita nikmati saat ini terancam oleh berbagai masalah
lingkungan seperti perubahan iklim, polusi, dan kerusakan habitat. Oleh karena
itu, kita perlu menjaga dan melestarikan alam agar keindahannya dapat dinikmati
oleh generasi mendatang. Kita dapat berkontribusi dengan cara yang sederhana,
seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan menanam pohon.
1.
Lingkungan ; Anugerah Allah dan Kewajiban
Melestarikannya
Semesta,
dalam keindahan dan kelimpahannya, adalah anugerah ilahi. Kemanusiaan, sebagai
pengelola Bumi, dipercayakan untuk merawat dan melestarikannya. Di banyak
agama, dunia alami dipandang sebagai rumah bersama bagi semua makhluk hidup.
Kerusakan lingkungan tidak hanya merugikan manusia tetapi juga semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan adalah baik tindakan ibadah
maupun ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.
Lingkungan kita
adalah jaring kompleks dari hal-hal hidup dan tidak hidup. Alam menyediakan
kita dengan sumber daya penting seperti udara bersih, air, dan makanan. Namun,
aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan mengganggu keseimbangan yang rapuh
ini. Kerusakan lingkungan mengurangi kualitas hidup kita dan meningkatkan
risiko bencana alam. Oleh karena itu, melindungi lingkungan kita adalah
investasi jangka panjang yang penting untuk kelangsungan hidup kita dan
kesejahteraan generasi mendatang.
A.
Lingkungan
Menurut Para Ahli
Menurut Marlia et al. (2024) menjelaskan bahwa
Lingkungan adalah mencakup segala
sesuatu yang berada di luar diri kita. Effendi mendefinisikannya sebagai segala
sesuatu yang mengelilingi manusia yang berdampak pada kelangsungan hidup dan
kesejahteraan mereka, termasuk interaksi langsung dan tidak langsung dengan
makhluk hidup lainnya.
Sumarwoto menggambarkannya sebagai totalitas
objek dan kondisi dalam suatu ruang yang mempengaruhi kehidupan kita. Ini
mencakup semua elemen fisik, biologis, dan sosial yang berinteraksi dengan dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Secara teoritis, ruang ini tidak terbatas,
tetapi secara praktis, ruang ini didefinisikan oleh batasan seperti sungai,
lautan, tebing, atau bahkan faktor politik.
Sumarwoto menggambarkannya sebagai totalitas
objek dan kondisi dalam suatu ruang yang mempengaruhi kehidupan kita. Ini
mencakup semua elemen fisik, biologis, dan sosial yang berinteraksi dengan dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Secara teoritis, ruang ini tidak terbatas,
tetapi secara praktis, ruang ini didefinisikan oleh batasan seperti sungai,
lautan, tebing, atau bahkan faktor politik.
Yusuf al-Qardhawi mencatat penggunaan
etimologis dan terminologis yang jarang dari "lingkungan,"
mendefinisikannya sebagai bidang di mana manusia hidup, bepergian, dan mencari
perlindungan, baik secara sukarela maupun tidak. Pada dasarnya,
"lingkungan" merujuk pada ruang yang dihuni oleh entitas hidup
(biotik) dan tidak hidup (abiotik), yang semuanya saling terhubung dan
mempengaruhi satu sama lain, baik di antara mereka sendiri maupun dengan
lingkungan sekitarnya.
B.
Lingkungan
Menurut Alquran
Al-Qur'an berisi banyak ayat tentang dunia alam
dan isu-isu lingkungan Alquran banyak menggunakan beragam
term. Yaitu term al-ʾalamīn (seluruh spesies), al-samâ (ruang dan waktu), al[1]ardl
(bumi), dan al-bi’ah(lingkungan). Dalam Alquran, kata al-ʾalamīn disebut
sebanyak 71 dalam bentuk frasa atau gabungan kata. Secara kualitas, penyebutan
al-ʾalamīn dalam Alquran tidak selalu berkonotasi seluruh spesies (makhluk),
terkadang digunakan untuk menunjuk makhluk berakal yakni manusia. Kata
al-ʾalamīn yang bermakna lingkungan di antaranya terdapat dalam surah
al-Anbiya'/21 : 107.
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Menurut Quraish Shihab menjelaskan ‘alamīn
(semesta alam) pada ayat-ayat yang tersebut di atas adalah Segala sesuatu yang
diciptakan oleh Tuhan dan terdiri dari berbagai macam dan jenis, seperti sifat
manusia, sifat binatang, sifat tumbuhan, dan benda mati. Allah, Pencipta semua
alam ini. Penjelasan Quraish Shihab, Allah menciptakan semua jenis alam, baik
hidup (manusia dan hewan), maupun tidak hidup (tumbuhan dan benda mati), segala
aspek kehidupan dan alam semesta ini. Kata al-samâ’ yang bermakna jagad raya,
ruang angkasa di antaranya terdapat dalam surah al-Anbiya’/21 : 32. (Marlia et al.,
2024)
Semesta, dengan
segala keindahan dan kekayaannya, adalah hadiah yang megah dari Sang Pencipta.
Sebagai pengelola Bumi, kita dipercayakan untuk melindungi dan melestarikannya.
Banyak agama mengajarkan kita bahwa alam adalah rumah bersama bagi semua
makhluk hidup. Kerusakan lingkungan tidak hanya merugikan umat manusia tetapi
juga makhluk lainnya. Oleh karena itu, menjaga lingkungan adalah tindakan
ibadah dan ungkapan syukur kepada Pencipta kita.
Aksi
Nyata Seorang Muslim untuk Menjaga Lingkungan
Diskusi
sebelumnya dengan jelas menyoroti pentingnya pengelolaan lingkungan dari
perspektif agama. Sebagai umat Muslim, kita memiliki banyak referensi kitab
suci dan contoh dari Nabi Muhammad (saw) yang mendorong kita untuk memperlakukan
alam dengan hormat. Berikut adalah beberapa tindakan praktis yang dapat kita
lakukan:
1. Berdasarkan Ajaran Islam:
Islam
menekankan kebersihan, baik pribadi maupun lingkungan. Kita diajarkan untuk
tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan sungai dan lautan, serta
menjaga kebersihan tempat umum.
- Menghemat sumber daya alam
Air, udara, dan
energi adalah anugerah Allah yang harus kita syukuri dengan cara menggunakannya
secara bijak dan tidak berlebihan.
Menanam pohon
adalah salah satu amal jariyah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Pohon
memberikan banyak manfaat, seperti menghasilkan oksigen, menyerap karbon
dioksida, dan mencegah erosi tanah.
Hewan adalah
makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki hak untuk hidup. Kita dilarang untuk
menyakiti hewan tanpa alasan yang jelas.
Daur ulang
sampah dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir
dan mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Aksi Nyata dalam Kehidupan
Sehari-hari:
- Menggunakan
transportasi umum:
Mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi dapat mengurangi emisi gas buang yang menyebabkan polusi udara.
Mematikan lampu saat tidak
digunakan, menggunakan peralatan elektronik yang hemat energi, dan mengurangi
penggunaan air adalah beberapa cara sederhana untuk menghemat energi.
- Membawa
tas belanja sendiri:
Dengan membawa tas belanja sendiri,
kita dapat mengurangi penggunaan kantong plastik yang sulit terurai.
- Memilih
produk ramah lingkungan: Saat
berbelanja, perhatikan label produk dan pilih produk yang ramah
lingkungan.
- Berpartisipasi
dalam kegiatan social
Ikut serta dalam kegiatan
membersihkan lingkungan, menanam pohon, atau kampanye pelestarian lingkungan.
- Mengajarkan
kepada orang lain
Ajarkan kepada keluarga, teman, dan
masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga lingkungan
Sebagai
penutup, keindahan alam yang kita nikmati di antara sawah dan gunung adalah
anugerah yang tak ternilai. Alam memberikan kita kedamaian, ketenangan, dan inspirasi.
Mari kita jaga keindahan alam ini agar generasi mendatang juga dapat merasakan
kedamaian yang sama.
"Jejak
Kaki di Surga" mengungkapkan alam sebagai sumber kedamaian dan ketenangan,
ditemukan di tengah sawah hijau dan gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Keindahan alam ini tidak hanya menawarkan ketenangan visual tetapi juga
melibatkan indera lainnya dengan suara dan aroma yang menyegarkan. Mengalami
alam memungkinkan refleksi tentang ciptaan Tuhan dan menumbuhkan kedamaian
batin. Namun, tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi, dan
perusakan habitat mengancam keindahan ini, menjadikan konservasi sebagai
tindakan ibadah dan rasa syukur.
Secara akademis, lingkungan mencakup segala sesuatu yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia, termasuk interaksi dengan makhluk
hidup lainnya. Pemahaman ini sangat penting untuk pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekologi untuk generasi mendatang. Oleh
karena itu, konservasi bukan hanya kewajiban moral tetapi juga investasi jangka
panjang dalam kelangsungan hidup semua makhluk.
Daftar Pustaka :
Marlia, A., UIN Raden Fatah Palembang,
Susanti, E. D., UIN Raden Fatah Palembang, Kurniawan, H., UIN Raden Fatah
Palembang, A., I., UIN Raden Fatah Palembang, Sari, P. A., UIN Raden Fatah
Palembang, Angelina, R., UIN Raden Fatah Palembang, Fatihah, F., UIN Raden
Fatah Palembang, Almaulidi, M. D., & UIN Raden Fatah Palembang. (2024).
Telaah ayat Al-Quran tentang menjaga lingkungan hidup. Jurnal Multidisiplin
Ilmu Akademik, Vol.1(No.3),