Hidup itu Harus Produktif dan bernilai
Oleh :Usep Soleh Qodarudin (Kepala Kua Air Hitam)
Dalam Surat
AlInsyirah Allah SWT berfirman : فَانۡصَبۡ فَرَغۡتَ
فَاِذَا
yang
artinya, "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)." (QS al-Insyirah [94]:
7). Ayat di atas menunjukkan makna penting dalam kehidupan manusia, yaitu
produktif, padat amal, dan sibuk dengan karya. Jangan biarkan waktu luang tanpa amal dan ibadah sehingga setiap
detik dan waktu yang dilalui oleh setiap Muslim itu harus menjadi cerita yang
bernilai ibadah dan dakwah.
Disaat sebagian orang diberikan amanah untuk berkarya
hanya cukup untuk mencukupi hidup
makannya di dunia tapi disisi lain kita masih menyaksikan sebagian orang
yang hartanya berlebih tapi tidak memanfaatkan peluang tersebut untuk
beribadah kepada Allah dan beribadah sosial kepada sesama manusia. Waktunya Hanya
digunakan waktunya untuk berfoya foya dan menghabiskan waktu percuma.Semoga
kita terhindar dari kebiasaan menyianyiakan waktu tsb.
Sebagaimana ayat atas Makna
ini, salah satunya ditunjukkan dengan huruf fa (fanshab) dalam ayat di atas.
Artinya, tidak ada jeda waktu antara satu ibadah dan ibadah yang dilakukan
setelahnya. Makna yang sama dijelaskan Allah SWT. Dalam ayat lain yang artinya,
"Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan Muslim." (QS
al-Baqarah [2]: 132)
Ayat
ini berisi penggalan nasihat Nabi Ibrahim As kepada anak-anaknya. Seorang ahli
tafsir, Syeikh Mutawalli asy-Sya’rowi menjelaskan bahwa ayat ini sesungguhnya
menjadi dalil produktivitas dan sebaliknya menjadi dalil bahwa pengangguran,
menyia-nyiakan waktu bukan karakter seorang Muslim.
Asy-Sya’rowi
menjelaskan, makna ini terlihat jelas dalam ayat tersebut. Karena di satu sisi
ayat ini melarang setiap Muslim meninggal, kecuali dalam keadaan Muslim atau
mewajibkan setiap Muslim menutup akhir hayatnya dalam keadaan Muslim. Namun, di
sisi lain kematian itu tidak bisa diketahui waktunya. Itu artinya setiap Muslim
harus beramal setiap saat, harus menjadikan setiap waktunya cerita kebaikan
sehingga ketika ajal menghampirinya, kita dalam keadaan Muslim.
Rasulullah
SAW juga menjelaskan dalam sebuah hadis yang artinya, "Ada dua kenikmatan
yang sering membuat banyak manusia tertipu, nikmat itu adalah sehat dan
waktu luang."
Dalam
hadis ini waktu kosong tanpa aktivitas menjadi perbuatan tercela karena menipu
mereka.
Di
sisi lain, setiap Muslim merupakan seorang manusia yang harus menjalani
rutinitasnya dan memenuhi hajat-hajatnya sebagai manusia. Makan, minum,
istirahat, dan sejenisnya merupakan rutinitas manusia.
Tentu
saja maksud ayat di atas tidak menuntut
setiap Muslim beribadah tanpa istirahat, berjihad tanpa rehat karena Rasulullah
SAW mencela orang yang selalu berpuasa tanpa berbuka, orang yang tidak menikah
dengan alasan fokus beribadah. Tetapi yang dimaksud, yakni selalu berniat
ibadah karena Allah SWT.
Berdasarkan
taujihat ilahiyah dan nabawiyah (pesan Allah dan Rasul-Nya) di atas menegaskan
bahwa pengangguran, menyia-nyiakan waktu merupakan perbuatan tercela. Ada banyak aktivitas harian,
seperti menunggu bus di halte, mengendarai kendaraan saat pergi dan pulang
kerja, menunggu antrean, dan lain-lain.
Aktivitas-aktivitas
tersebut bisa berlalu tanpa amal sama sekali atau bisa menjadi amal ibadah
berupa satu juz Alquran yang di ulang (muraja’ah), sekian tasbih dan tahmid,
sekian orang yang mendapatkan komunikasi, ucapan selamat, dan lain-lain. Maka,
menjadi keharusan untuk merencanakan dan memastikan setiap waktu berisi
ibadah dan dakwah agar saat ajal menjemput, kita dalam keadaan husnul khatimah.Wallahu
alam Bishawab.