Guru, Pahlawan Tanpa ( tanda) Jasa ?
Oleh : (Drs. H.
Ma’ruf Abidin, M.Si,)
Guru dalam
perspektif filsafat Jawa merupakan sosok yang digugu dan ditiru ( dipercaya dan
diteladani ). Di India, guru sering disebut sebagai orang suci dan Sakti.
Sementara di Jepang, guru disebut dengan
Sensei yang berarti dituakan.
Guru adalah pendidik
yang profesional. Sebagai pendidik yang professional, guru memiliki tugas tidak hanya mengajar,
tetapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi.
Dalam
undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kualifikasi guru
haruslah setara dengan S1 atau D4, dan bersertifikat profesi guru.
Guru juga harus
memiliki standar paedagogik, kepribadian, sosial sekaligus profesional.
Sebagai tenaga
profesiona, guru juga punya hak untuk
menikmati tunjangan profesi. Tentunya tunjangan itu akan diberikan jika
syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Dengan begitu menjadi guru semestinya harus
sejahtera.
Sebelum
undang-undang guru dan dosen diberlakukan, profesi guru masih dipandang sebelah mata. Hal
ini mengingat pendapatan guru secara ekonomi tidak menguntungkan. Tetapi saat
ini profesi guru banyak yang dikejar. Namun demikian, masih banyak guru-guru
yang pendapatannya di bawah Rp.500.000 per bulan. Itupun belum tentu setiap
bulan dibayarkan.
Memperingati
hari guru nasional tahun ini yang ke-30, sekaligus memperingati hari PGRI yang
ke-79, kado indah dari menteri pendidikan dasar dan menengah sudah dijanjikan.
1. Kementerian
pendidikan dasar dan menengah secara bertahap akan memberikan beasiswa bagi
guru yang belum berpendidikan minimal D4 atau S1
2. Dalam rangka
peningkatan kompetensi guru, maka guru
akan diikutsertakan dalam berbagai pelatihan termasuk kewirausahaan dan
keemimpinan.
3. Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah akan meningkatkan kesejahteraan guru melalui
percepatan sertifikasi baik bagi ASN, P3K, maupun guru honorer
4. Menjamin
keamanan para guru agar dapat bekerja dengan tenang dan terbebas dari segala
bentuk intimidasi dan kekerasan oleh siapapun.
Menjadi guru
adalah pilihan. Setiap pilihan mengandung konsekuensi. Apapun konsekuensinya,
pilihan itu harus kita jalankan dengan tulus dan ikhlas, meskipun
pendapatannya tidak sebanding dengan
pengorbanannya.
Menjadi guru
bukan sekedar pekerjaan, melainkan melukis masa depan anak-anak bangsa.
Orang hebat
bisa melahirkan banyak karya yang bermutu, tetapi menjadi guru yang bermutu
bisa melahirkan ribuan orang hebat.
Selamat hari
guru nasional, guru hebat, Indonesia
kuat