7
Cara Mengasah Ketajaman Mata Hati
Oleh.Usep Soleh Qodarudin,S.Ag
(Kepala Kua Air Hitam Lampung Barat)
Beberapa cara dalam menumbuhkan kepekaan Mata hati manusia
di antaranya:
Kesatu .
Membangun Kepekaan
Hati nurani agar Simetris dengan Ketentuan Allah. SWT.
Allah SWT
memerintahkan umat Islam agar taat kepada-Nya dan Rasul-Nya . Artinya,
kehidupan Beragama seseorang harus dibangun berdasarkan Dasar Hukum yang kuat,
melalui ketajaman mata hati, atau basirah.Sebagaimana Firman Allah SWT:
وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ
خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah
orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).
Beruntunglah jiwa jiwa yang dalam kehidupannya selalu mengedepankan
Rasa Dan naluri Kebenaran yang telah Allah Lekatkan dalam jiwa mereka secara
otomatis secara Ikhlas dan jauh dari sifat Riya (selalu ingin dipuji)
seseorang.
Sebagaimana di Ayat
Lain firman Allah: “Katakanlah, ‘Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah (argumentasi) yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS Yusuf :
108).
Perlu diketahui,
bahwa semakin luas dan tajam basirah seseorang, semakin serius pula amaliah dan
praktik keagamaannya. Keikhlasan dan keistikamahan akan lahir dengan
sendirinya. Dalam ayat di atas, Allah menyertakan proses kewajiban dakwah dengan basirah sebagai
sebuah kewajiban syariat Islam.
Ibnu Katsir
mengidentifikasi basirah sebagai sebuah keyakinan yang berlandaskan argumentasi
syari dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta.
Menurut Syaukani,
basirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang hak dari yang batil, benar
dari salah, dan begitu seterusnya.
Nah untuk mendapati
ketajaman basirah, banyak amaliah yang harus dipenuhi, yaitu.:
Kedua.
Adanya sebuah
kesadaran niat yang benar. Karena, niat yang salah akan turut memengaruhi
kinerja dan mengakibatkan kerja yang asal-asalan. Terlebih, ibadah dan amaliah
ketaatan cenderung naik turun. Inilah rahasianya mengapa setiap amal dalam
Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah.
Ketiga.
Untuk menajamkan
basirah, mutlak seseorang harus tobat secara sungguh-sungguh. “Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
sebenar-benarnya).
Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS At-Tahrim : 8).
Keempat.
Menyisihkan hasrat
dunia dengan tidak tebersit untuk menumpuk banyak dosa dan maksiat. “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujurat : 11).
KeLima.
Serius menjaga amalan
wajib dan menghidupkan yang sunah. “Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata
kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan
(dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha
Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku” (QS Thaha : 90).
Keenam.
Menghidupkan waktu
terutama di malam hari dengan banyak berzikir dan ber-muhasabah. Siang banyak
berbuat kebajikan dan malam tidak dihabiskan dengan tidur. “Sesungguhnya,
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat dengan ihsan. Di dunia,
mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan, selalu memohonkan ampunan di
waktu pagi sebelum fajar” (QS Adz-Dzariyat : 16-18).
Ketujuh.
Menumbuhkan rasa takut terhadap Kematian dan hisab akhirat. Sebagaimana
FirmanNya:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا
وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim.Selain itu, perlu
melatih ketekunan, kesabaran, dan kokoh terhadap gempuran godaan. Dari titik
inilah, seseorang secara perlahan akan memiliki ketajaman mata hati (basirah)
sehingga amaliah dakwahnya akan senantiasa dinamis dan cerdas mencari
kreativitas baru dalam berdakwah.
Seperti halnya contoh
sosok yang memiliki basirah mengagumkan adalah Nabi Nuh AS. Di tengah penolakan
kaumnya, ia tetap mencari terobosan baru dalam berdakwah. Ia tetap Konsisten
dan Tegar, bahkan mencari alternatif sarana dakwah yang beragam sesuai dengan
kondisi dan tuntutan kaumnya. Wallahu A’lam.